Di dalam Alquran, yaitu pada Surah Al-’Ashr, Tuhan bersumpah atas
nama waktu (wal ‘ashr). Di sini kita tidak akan membahas dari segi
tafsirnya, tetapi kita akan membahas dari sudut keterkaitan untuk menuju
sukses.
Wal ‘ashr, demi masa, inilah saatnya. Selama ini kita mengartikan wal
‘ashr dengan demi masa (demi waktu). Ada juga yang mengartikan “inilah
saatnya”. Maksudnya, janganlah menunggu besok, janganlah menunggu lusa,
minggu depan, tahun depan, melainkan inilah (sekaranglah) saatnya.
Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar berada di dalam
kerugian. Kita ini semuanya rugi, kecuali orang-orang yang beriman dan
mengerjakan amal shaleh dan nasehat-menasehati supaya mentaati kebenaran
dan nasehat-menasehati supaya menetapi kesabaran.
Wal ‘ashr, inilah saatnya
Setiap saat itu penting, setiap tugas itu penting. Kembangkanlah
kemampuan untuk memusatkan perhatian kita pada saat sekarang. Besarnya
perhatian yang kita berikan kepada saat ini menentukan kualitas masa
depan kita. Ada tiga jenis orang:
Tipe pertama, orang yang sangat sensitif, karena itulah ia selalu
mengingat masa lampaunya. Orang seperti ini memori kolektifnya terlalu
berpengaruh pada dirinya sendiri, sehingga setiap apapun yang didengar,
dilihat, dan dirasakan, maka akan dihubungkannya dengan pengalaman masa
lampaunya yang mungkin sangat tragis ataupun sangat mengesankan.
Seakan-akan segala-galanya selalu terkait dengan masa lampaunya. Jika
ada yang tertawa, maka ia akan tersinggung. Jika ada yang
berbisik-bisik, maka ia juga akan tersinggung. Begitu juga jika ada yang
menyepelekan dirinya, dia pun akan tersinggung. Mengapa hal ini bisa
terjadi? Karena pengalaman masa lampaunya yang membuat ia seperti itu.
Tipe kedua, yaitu orang yang selalu didikte dan didominasi oleh masa
akan datangnya. Orang seperti ini terlalu obsesif. Yang selalu
dipikirkannya setiap saat adalah bagaimana masa depannya. Misalkan,
umurnya sudah di atas 60 tahun, tetapi pikirannya masih jauh menerawang
ke depan.
Ternyata, Alquran dan ahli manajemen modern sama dalam hal ini. Yang
paling penting yang mendominasi kehidupan kita sesungguhnya adalah apa
yang sedang berlangsung sekarang ini. Tidak berarti bahwa masa lampau
kita itu akan kita tinggalkan begitu saja tanpa mengambil pelajaran,
atau tidak berarti masa depan kita itu tidak perlu kita perhatikan.
Tetapi yang paling penting jika kita ingin sukses ternyata adalah apa
yang sedang kita hadapi sekarang. Kapankah waktunya kalau bukan sekarang
dan siapa kalau bukan kita. Hal ini menjadi semacam motor di dalam diri
kita. Orang yang selalu mempunyai pendirian yang seperti ini, maka
kehidupannya akan penuh dengan tantangan dan peluang.
Kegelisahan, kecemasan, ketegangan, stress, kekhawatiran, dan juga
semua bentuk ketakutan disebabkan oleh terlalu banyak masa depan dan
terlalu sedikit masa sekarang. Orang yang terlalu banyak berpikir untuk
masa depannya, maka orang tersebut berpeluang untuk selalu gelisah,
cemas, tegang, stress, dan khawatir. Periksalah diri kita jika kita
diwarnai dengan kekecewaan, selalu gelisah, selalu ada kecemasan,
seolah-olah kita tak mengetahui apa yang ada di hadapan kita, ke mana
arahnya, dan ke mana kita akan pergi. Hal ini disebabkan karena kita
terlalu berorientasi ke masa depan, seolah-olah kita melupakan waktu
berpijak kita sekarang ini sedang berada di mana.
Pikirkanlah waktu itu sekarang ini juga. Wal ‘ashr, sekarang inilah
saatnya untuk berubah, sekarang inilah saatnya untuk berbuat, sekarang
inilah saatnya untuk menggunting seluruh masa lampau yang gelap,
sekarang inilah waktunya untuk memulai lembaran baru.
Tidak ada kata terlambat untuk mencapai kesuksesan, tidak ada kata
terlambat untuk meminta ampun kepada Allah. Mulailah sekarang ini,
bukanlah hari esok.
Kembangkanlah kemampuan untuk memusatkan perhatian kita pada saat
sekarang ini. Tak usah terlalu banyak memikirkan hari esok, tak usah
terlalu memikirkan hari yang kemarin, tetapi lihatlah waktu yang
sekarang ini, berbuatlah yang terbaik untuk sekarang ini. Jangan
menunggu lagi hari esok untuk melakukan sesuatu, tetapi sekaranglah
kesempatan yang terbaik untuk melakukan yang terbaik.
Besarnya perhatian yang kita berikan kepada saat ini, maka akan
menentukan kualitas masa depan kita. Masa depan kita seperti apa, maka
sangat ditentukan oleh sekarang ini. Tetapi, jika kita melampaui masa
sekarang ini, menerawang ke depan, maka itu tidaklah termasuk
menjanjikan. Yang paling menjanjikan adalah kerjakan yang terbaik
sekarang ini, tidak perlu memperhatikan terlalu banyak masa lampau, dan
tidak perlu dibebani masa depan yang sangat sempurna.
Mulailah sekarang ini kita melakukan sesuatu yang terbaik, misalnya
dalam bidang spiritual, mulai saat ini kita harus mulai melakukan
kedekatan diri dengan Tuhan. Porsi waktu angan-angan kita harus
dikurangi, kemudian digantikan dengan zikir kepada Allah, kedekatan
batin kita dengan Allah. Hal ini memang agak susah, tetapi kalau kita
sudah terbiasa memulai hal-hal seperti ini, maka inilah yang disebut
dengan “wal ‘ashr”.
Kebesaran diri kita tidak ditentukan oleh kemampuan kita berimajinasi
di masa depan. Kebesaran kita di masa depan ditentukan oleh seberapa
baik dan seberapa besar pekerjaan yang kita lakukan sekarang ini. Tidak
ada orang yang menjadi besar karena cita-citanya yang sangat jauh ke
depan, sedangkan ia tidak melakukan sesuatu. Pada umumnya, yang besar
itu adalah selalu menganggap setiap saat adalah yang terpenting bagi
dirinya.
Jika kita benar-benar mencurahkan perhatian kita pada saat sekarang,
maka hidup ini akan lebih menarik dan memuaskan. Kalau kita terlalu
memikirkan masa depan, maka masa depan itu akan lari lebih jauh dari
kita. Tapi kalau kita melakukan yang terbaik sekarang ini, maka masa
depan akan datang lebih awal menjemput kita. Itulah sebabnya, orang yang
sempurna dalam setiap perbuatannya, maka sering kali ia dijemput oleh
berbagai macam tantangan. Misalkan, ada orang yang kesulitan mencari
pekerjaan, tetapi ada juga yang dikerumuni pekerjaan.
Orang yang selalu dikerumuni pekerjaan, biasanya ia tidak akan pernah
hanyut dengan masa depan yang manis dan indah-indah, melainkan ia
menghabiskan waktunya hari dan detik itu juga dengan sangat sempurna.
Jika kita benar-benar mencurahkan perhatian pada saat sekarang, maka
hidup akan lebih menarik dan memuaskan.
(1) Demi masa. (2) Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam
kerugian, (3) kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal
saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat
menasehati supaya menetapi kesabaran. (Q.S. Al-’Ashr: 1-3)
Pada Surah Al-’Ashr ini disebutkan, ” kecuali orang-orang yang
beriman dan mengerjakan amal saleh “. Jadi, di sini ada dua hal, yaitu:
ada aspek batin (iman) dan juga ada aspek fisik/nyata (amal). Janganlah
bekerja tanpa visi, sebaliknya jangan visi saja tanpa adanya perbuatan
yang dilakukan. Yang ideal adalah kombinasi visi dengan kerja. Kita akan
menikmati apa yang kita lakukan, mendapatkan hasil yang lebih, dan
lebih menguasainya. Kalau kita fokus pada yang sekarang ini, biarlah
orang menanti masa depan yang indah itu, tetapi kita sekarang
berkeringat, yang insya Allah nantinya apa yang ditunggu oleh orang lain
tersebut akan kita capai lebih dahulu dibandingkan dengan orang
tersebut.
Dengan memusatkan perhatian kita pada saat sekarang, maka kita akan
mengubah perspektif itu sendiri. Kalau kita memusatkan perhatian
sekarang, bukan masa lampau, bukan pula masa yang akan datang, maka
yakinlah pekerjaan kita yang sekarang ini akan menjadi lebih baik.
Tetapi jika terbebani pekerjaan masa silam, maka pekerjaan kita sekarang
ini menjadi setengah-setengah, takut gagal seperti yang sudah-sudah.
Sebaliknya, kalau kita terlalu berobsesi untuk masa depan, biasanya
pekerjaannya yang sekarang menjadi tidak lagi sempurna, karena terobsesi
akan sesuatu yang jangka panjang. Terlalu tinggi cita-citanya, sampai
ia melupakan masa sekarangnya.
Kinilah saatnya
Hidup pada momen ini lebih menyenangkan daripada hidup di masa depan
yang dibayangkan. Lebih nikmat dan lebih indah jika kita melakukan
pekerjaan sekarang ini dibandingkan bermimpi akan masa depan dengan
sesuatu yang lebih baik.
Ketika suara kecil itu mencoba untuk mengalihkan perhatian kita, maka
bantahlah. Ketika kita sedang bekerja keras, lalu tiba-tiba muncul
suara di dalam batin kita yang menyuruh kita meninggalkan pekerjaan
tersebut, maka bantahlah pada saat itu. Kita harus sukses pada saat itu
juga, tidak usah pindah ke tempat yang lain, tidak usah melakukan
sesuatu yang baru, kita harus yang terbaik pada saat itu.
Dalam hal ini, bukan berarti kita tidak boleh memikirkan masa depan,
tetapi porsinya itu harus kita atur. Masa depan itu jadikan sebagai
suatu tantangan. Yakinlah, jika kita bekerja yang terbaik pada saat itu
dan di tempat itu, maka berkah akan mengintip kita dari luar.
Orang besar bukan karena banyak pembicaraannya, tetapi banyaknya
perbuatan yang ia lakukan. Tidak ada orang yang besar karena
cita-citanya besar. Orang hanya bisa menjadi besar karena perbuatannya
besar. Bukan cita-cita besar yang membesarkan seseorang, melainkan
perbuatan besar yang membuat orang itu menjadi besar. Janganlah kita
asyik terlalu banyak membuat cita-cita tetapi tidak pernah berbuat, yang
hal tersebut nantinya akan menjadikan kita kerdil, bahkan frustrasi.
Bingkai kembali, buat kembali, rumuskan kembali
Ubahlah tugas-tugas membosankan ke dalam momen-momen inspirasi dengan
fokus pada gambar-gambar besarnya. Menurut Stephen Covey, bekerjalah
dengan tujuan akhir. Maksudnya, kita bekerja dengan satu paket, yaitu
mulai dari start hingga berakhir nantinya. Dalam hal ini, ada roadmap
(peta perjalanan)nya, yang jika kita membelok, berarti kita mengingkari
roadmap kita sendiri.
Fokus pada saat sekarang, dan kita akan menangkap kesempatan untuk
belajar mencintai, berhubungan, dan berubah. Fokuskanlah apa yang ada
sekarang, daripada memfokuskan pada masa depan yang belum tentu
kejelasannya. Lebih baik kita fokus menuntaskan seluruh pekerjaan kita
pada saat sekarang ini.
Ketika kecemasan kita begitu kuat, sehingga kita tidak bisa lagi
fokus pada masa sekarang, maka hentikanlah apa yang kita lakukan. Semua
pekerjaan yang dilakukan tidak dengan fokus, maka itu nantinya akan
menyedot energi dan hasilnya pun tidak maksimum. Analisis
pilihan-pilihan kita sendiri, jangan-jangan pilihan kita itu keliru.
Jangan-jangan apa yang kita pilih itu lebih banyak dipengaruhi oleh
orang lain dibandingkan hati nurani dan kemampuan kita sendiri.
Kadang-kadang kita seperti ini, yaitu terjebak oleh tawaran dan bujukan
orang lain. Karena itu, janganlah bekerja dibayang-bayangi oleh orang
lain, namun bekerjalah menurut kemampuan dan karakter kita sendiri,
terimalah diri kita sendiri, lalu kembalikan pada saat sekarang ini.
Bulatkanlah tekad kita. Mencoba saja tidak akan berhasil, tetapi kita
harus melakukannya dengan penuh konsistensi. Jadi, jangan hanya sekedar
mau mencoba-coba.
Jika kita tidak bertekad (tidak ada keinginan yang sangat kuat di
dalam batin), maka kita tidak akan membuka celah untuk keraguan kita.
Maksudnya, jika kita tidak ada tekad, maka keraguan akan muncul.
Sebaliknya, jika ada tekad, maka di situ tidak ada keraguan. Di mana ada
keraguan, maka di situ tidak ada tekad. Keraguan membocorkan energi.
Energi kita takkan berhasil efisien dan efektif di sini. Karena itulah,
keraguan di dalam bahasa agama dinamakan musyrik.
Ketika kita ragu, maka hal itu akan menyedot energi. Terjadi
kebocoran energi di sini. Energi yang bocor akan mengurangi kesempatan
untuk quantum sukses. Untuk memperoleh percepatan kesuksesan itu, maka
takkan bisa kalau ada kebocoran-kebocoran energi. Salah satu kebocoran
energi di dalam diri kita adalah tidak percaya diri.
Kebocoran energi ini harus ditutup dengan berbagai cara. Bagi umat
Islam, maka cara yang dilakukan antara lai: pertama, salat istikharah.
Kita meminta kepada Tuhan akan pilihan-pilihan tersebut, manakah yang
lebih tepat untuk kita pilih dan kita lalukan. Setelah mendapatkan
kepastian pilihan itu, maka selanjutnya adalah melakukan salat tahajjud
untuk memohon kepada Allah agar pilihan kita tersebut dimudahkan. Pada
saat siang hari, lakukanlah salat hajad untuk memohon agar pilihan kita
tersebut mudah untuk diwujudkan. Selanjutnya, pasrahkanlah diri ini
kepada Allah.
Jika hal ini dilakukan, insya Allah akan menutupi kebocoran energi
yang ada pada diri kita. Dengan demikian, ada kekuatan luar biasa yang
muncul kalau energi tersebut tidak disedot oleh kebocoran-kebocoran.
Lihatlah orang-orang yang cepat sekali suksesnya, mereka sangat percaya
diri, tidak ada kebocoran-kebocoran energi pada diri mereka.
Tanpa komitmen, kita tetap fokus pada apa yang mungkin bisa, bukan
pada apa yang pasti bisa. Bagi orang yang berjiwa besar, sepertinya tak
ada yang mustahil bagi mereka. Tetapi bagi orang yang berjiwa kecil,
yang pasti pun menjadi ragu. Orang yang ragu, maka sulit diharapkan
untuk menjadi pemimpin. Orang yang berjiwa besar tidak gampang
tersinggung. Sebaliknya, orang yang berjiwa pesimistis sangat mudah
tersinggung.
Iman adalah percaya, kokoh, tegar. Komitmen adalah hasrat untuk
melakukan apapun dalam mewujudkan visi kita. Komitmen inilah yang mampu
melestarikan kehidupan seseorang. Orang yang tanpa komitmen bagaikan
mayat yang berjalan. Dia tidak hanya mengecewakan orang lain, tetapi
juga mengecewakan dirinya sendiri.
Komitmen membuat kita mampu untuk bertahan ketika semua upaya kita
gagal. Orang yang berhasil tanpa mempunyai komitmen, maka dia tidak puas
dan merasa dirinya gagal. Orang yang sudah gagal tetapi mempunyai
komitmen, maka semangat hidupnya tetap ada. Komitmen mendatangkan
bantuan dari sumber-sumber yang tak terduga.
Orang yang percaya diri akan mampu menyedot energi dari alam, dari
langit, dan dari orang lain. Kalau orang sudah mempunyai kekuatan,
komitmen, maka insya Allah dia akan mampu mempengaruhi orang lain.
Komitmen seseorang sangatlah mahal, karena bisa mengubah dunia. Orang
yang mempunyai komitmen takkan pernah merasa sebagai minoritas, tak
pernah merasa kesepian, tak pernah merasa terpojok. Selain komitmen,
seseorang juga harus memiliki karakter. Jika komitmen dan karakter
bersatu, maka orang tersebut nantinya akan bisa memindahkan gunung.
Orang yang mempunyai komitmen, maka ia akan istiqamah, menghargai waktu,
dan melakukan apapun ketika itu juga.
Menjadi lelaki adalah menjadi bertanggung jawab. Kita merasa malu
jika kita tidak membantu penderitaan orang lain. Kita merasa bangga atas
kemenangan saudara kita. Kita merasa ketika sudah berupaya bahwa kita
berperan dalam membangun dunia.
Maksudnya, menjadi seseorang yang mempunyai kekuatan berarti menjadi
seseorang yang bertanggungjawab. Bukanlah seorang yang mempunyai
kekuatan jika dia tidak bertanggungjawab. Kalau kita tidak mempunyai
kemampuan untuk membantu orang lain, maka kita harus merasa malu. Kita
tidak cemburu atas keberhasilan saudara kita. Kalau kita sudah berusaha,
sekalipun gagal, maka perasaan yang muncul adalah bahwa kita sudah
berperan dalam rangka membangun dunia yang nyata. Inilah simpul-simpul
manusia yang optimistis.
Mengambil kepemilikan adalah inti akuntabilitas. Mengambil
kepemilikan atas apa yang kita lakukan dan pikirkan, termasuk juga
kesalahan, pembenaran kegagalan kita untuk berbuat dan tindakan yang
tidak kita banggakan.
Maksudnya, kita merasa mempunyai tanggungjawab. Seorang pemimpin
harus merasa memiliki tanggung jawab, walaupun terhadap kesalahan yang
dilakukan oleh bawahannya. Salah satu ketakutan adalah untuk mengakui
kesalahan dan meminta maaf. Jangan mentang-mentang sebagai pemimpin lalu
tidak mau meminta maaf dan tidak mau mengakui kesalahannya. Orang besar
adalah orang yang berani mengakui kesalahannya dan mau meminta maaf.
Kalau kita sama-sama mau mengakui kesalahan dan mau meminta maaf,
maka takkan ada persoalan dan peperangan di atas dunia ini, tak ada
konflik, masyarakat tersebut akan berubah menjadi masyarakat malaikat.
Letak persoalan dunia sekarang ini karena tak ada yang mau mengakui
kesalahan dan juga tak ada yang mau meminta maaf.
Mengapakah kita harus malu meminta maaf dan malu untuk mengakui
kesalahan? Hal ini karena adanya egoisme, yang itu merupakan sifat-sifat
setan di dalam diri kita.
Akuntabilitas adalah kemampuan untuk dipercayai. Akuntabilitas adalah
kejujuran dan keterbukaan. Kepercayaan adalah modal, walaupun kita
tidak mempunyai uang. Akuntabilitas tidak dibangun di atas penampilan
fisik, tetapi dibangun di atas karakter dan prinsip yang konsisten. Kita
bersedia untuk mengambil tanggung jawab atas pilihan yang kita ambil.
Akuntabilitas menempatkan kita pada kendali yang memungkinkan kita untuk
mewujudkan semuanya. Ia menjadikan daya yang kuat di dalam hidup ini.
Akuntabilitas adalah konsep seluruh hidup.
Kita bisa mengambil kepemilikan atas karir, hubungan, keuangan,
pendidikan, dan sebagainya. Dengan adanya kepercayaan diri yang
terakumulasi dari adanya karakter, komitmen, dan akuntabilitas, maka
kita akan menjadi diri kita yang sesungguhnya, diri kita yang paling
sejati. Kalau orang sudah memiliki karakter yang khas, memiliki
komitmen, dia terpercaya, maka orang seperti ini akan diperebutkan
siapapun. Ke manapun dia pergi, insya Allah orang tersebut takkan pernah
jatuh.
Orang yang memiliki karakter, akuntabilitas, komitmen, dan semangat
yang tinggi, maka orang seperti ini akan diperebutkan di mana-mana, akan
selalu dipercaya untuk memegang suatu tanggung jawab. Sebaliknya, orang
yang kehilangan semuanya itu, tidak mempunyai karakter, tak bisa
dipercaya, di mana-mana ia menjual kebohongan, maka mungkin hanya sekali
saja orang mempercayakannya untuk memegang suatu tanggung jawab. Tak
ada orang yang mau dibohongi berkali-kali. [~]
Sunday, February 5, 2012
Pentingnya menghargai waktu
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment