Search This Blog

Sunday, February 5, 2012

Pentingnya menghargai waktu

Di dalam Alquran, yaitu pada Surah Al-’Ashr, Tuhan bersumpah atas nama waktu (wal ‘ashr). Di sini kita tidak akan membahas dari segi tafsirnya, tetapi kita akan membahas dari sudut keterkaitan untuk menuju sukses.

Wal ‘ashr, demi masa, inilah saatnya. Selama ini kita mengartikan wal ‘ashr dengan demi masa (demi waktu). Ada juga yang mengartikan “inilah saatnya”. Maksudnya, janganlah menunggu besok, janganlah menunggu lusa, minggu depan, tahun depan, melainkan inilah (sekaranglah) saatnya.
Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar berada di dalam kerugian. Kita ini semuanya rugi, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh dan nasehat-menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat-menasehati supaya menetapi kesabaran.
Wal ‘ashr, inilah saatnya
Setiap saat itu penting, setiap tugas itu penting. Kembangkanlah kemampuan untuk memusatkan perhatian kita pada saat sekarang. Besarnya perhatian yang kita berikan kepada saat ini menentukan kualitas masa depan kita. Ada tiga jenis orang:

Tipe pertama, orang yang sangat sensitif, karena itulah ia selalu mengingat masa lampaunya. Orang seperti ini memori kolektifnya terlalu berpengaruh pada dirinya sendiri, sehingga setiap apapun yang didengar, dilihat, dan dirasakan, maka akan dihubungkannya dengan pengalaman masa lampaunya yang mungkin sangat tragis ataupun sangat mengesankan. Seakan-akan segala-galanya selalu terkait dengan masa lampaunya. Jika ada yang tertawa, maka ia akan tersinggung. Jika ada yang berbisik-bisik, maka ia juga akan tersinggung. Begitu juga jika ada yang menyepelekan dirinya, dia pun akan tersinggung. Mengapa hal ini bisa terjadi? Karena pengalaman masa lampaunya yang membuat ia seperti itu.
Tipe kedua, yaitu orang yang selalu didikte dan didominasi oleh masa akan datangnya. Orang seperti ini terlalu obsesif. Yang selalu dipikirkannya setiap saat adalah bagaimana masa depannya. Misalkan, umurnya sudah di atas 60 tahun, tetapi pikirannya masih jauh menerawang ke depan.
Ternyata, Alquran dan ahli manajemen modern sama dalam hal ini. Yang paling penting yang mendominasi kehidupan kita sesungguhnya adalah apa yang sedang berlangsung sekarang ini. Tidak berarti bahwa masa lampau kita itu akan kita tinggalkan begitu saja tanpa mengambil pelajaran, atau tidak berarti masa depan kita itu tidak perlu kita perhatikan. Tetapi yang paling penting jika kita ingin sukses ternyata adalah apa yang sedang kita hadapi sekarang. Kapankah waktunya kalau bukan sekarang dan siapa kalau bukan kita. Hal ini menjadi semacam motor di dalam diri kita. Orang yang selalu mempunyai pendirian yang seperti ini, maka kehidupannya akan penuh dengan tantangan dan peluang.
Kegelisahan, kecemasan, ketegangan, stress, kekhawatiran, dan juga semua bentuk ketakutan disebabkan oleh terlalu banyak masa depan dan terlalu sedikit masa sekarang. Orang yang terlalu banyak berpikir untuk masa depannya, maka orang tersebut berpeluang untuk selalu gelisah, cemas, tegang, stress, dan khawatir. Periksalah diri kita jika kita diwarnai dengan kekecewaan, selalu gelisah, selalu ada kecemasan, seolah-olah kita tak mengetahui apa yang ada di hadapan kita, ke mana arahnya, dan ke mana kita akan pergi. Hal ini disebabkan karena kita terlalu berorientasi ke masa depan, seolah-olah kita melupakan waktu berpijak kita sekarang ini sedang berada di mana.
Pikirkanlah waktu itu sekarang ini juga. Wal ‘ashr, sekarang inilah saatnya untuk berubah, sekarang inilah saatnya untuk berbuat, sekarang inilah saatnya untuk menggunting seluruh masa lampau yang gelap, sekarang inilah waktunya untuk memulai lembaran baru.
Tidak ada kata terlambat untuk mencapai kesuksesan, tidak ada kata terlambat untuk meminta ampun kepada Allah. Mulailah sekarang ini, bukanlah hari esok.
Kembangkanlah kemampuan untuk memusatkan perhatian kita pada saat sekarang ini. Tak usah terlalu banyak memikirkan hari esok, tak usah terlalu memikirkan hari yang kemarin, tetapi lihatlah waktu yang sekarang ini, berbuatlah yang terbaik untuk sekarang ini. Jangan menunggu lagi hari esok untuk melakukan sesuatu, tetapi sekaranglah kesempatan yang terbaik untuk melakukan yang terbaik.
Besarnya perhatian yang kita berikan kepada saat ini, maka akan menentukan kualitas masa depan kita. Masa depan kita seperti apa, maka sangat ditentukan oleh sekarang ini. Tetapi, jika kita melampaui masa sekarang ini, menerawang ke depan, maka itu tidaklah termasuk menjanjikan. Yang paling menjanjikan adalah kerjakan yang terbaik sekarang ini, tidak perlu memperhatikan terlalu banyak masa lampau, dan tidak perlu dibebani masa depan yang sangat sempurna.
Mulailah sekarang ini kita melakukan sesuatu yang terbaik, misalnya dalam bidang spiritual, mulai saat ini kita harus mulai melakukan kedekatan diri dengan Tuhan. Porsi waktu angan-angan kita harus dikurangi, kemudian digantikan dengan zikir kepada Allah, kedekatan batin kita dengan Allah. Hal ini memang agak susah, tetapi kalau kita sudah terbiasa memulai hal-hal seperti ini, maka inilah yang disebut dengan “wal ‘ashr”.
Kebesaran diri kita tidak ditentukan oleh kemampuan kita berimajinasi di masa depan. Kebesaran kita di masa depan ditentukan oleh seberapa baik dan seberapa besar pekerjaan yang kita lakukan sekarang ini. Tidak ada orang yang menjadi besar karena cita-citanya yang sangat jauh ke depan, sedangkan ia tidak melakukan sesuatu. Pada umumnya, yang besar itu adalah selalu menganggap setiap saat adalah yang terpenting bagi dirinya.
Jika kita benar-benar mencurahkan perhatian kita pada saat sekarang, maka hidup ini akan lebih menarik dan memuaskan. Kalau kita terlalu memikirkan masa depan, maka masa depan itu akan lari lebih jauh dari kita. Tapi kalau kita melakukan yang terbaik sekarang ini, maka masa depan akan datang lebih awal menjemput kita. Itulah sebabnya, orang yang sempurna dalam setiap perbuatannya, maka sering kali ia dijemput oleh berbagai macam tantangan. Misalkan, ada orang yang kesulitan mencari pekerjaan, tetapi ada juga yang dikerumuni pekerjaan.
Orang yang selalu dikerumuni pekerjaan, biasanya ia tidak akan pernah hanyut dengan masa depan yang manis dan indah-indah, melainkan ia menghabiskan waktunya hari dan detik itu juga dengan sangat sempurna. Jika kita benar-benar mencurahkan perhatian pada saat sekarang, maka hidup akan lebih menarik dan memuaskan.
(1) Demi masa. (2) Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, (3) kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran. (Q.S. Al-’Ashr: 1-3)
Pada Surah Al-’Ashr ini disebutkan, ” kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh “. Jadi, di sini ada dua hal, yaitu: ada aspek batin (iman) dan juga ada aspek fisik/nyata (amal). Janganlah bekerja tanpa visi, sebaliknya jangan visi saja tanpa adanya perbuatan yang dilakukan. Yang ideal adalah kombinasi visi dengan kerja. Kita akan menikmati apa yang kita lakukan, mendapatkan hasil yang lebih, dan lebih menguasainya. Kalau kita fokus pada yang sekarang ini, biarlah orang menanti masa depan yang indah itu, tetapi kita sekarang berkeringat, yang insya Allah nantinya apa yang ditunggu oleh orang lain tersebut akan kita capai lebih dahulu dibandingkan dengan orang tersebut.
Dengan memusatkan perhatian kita pada saat sekarang, maka kita akan mengubah perspektif itu sendiri. Kalau kita memusatkan perhatian sekarang, bukan masa lampau, bukan pula masa yang akan datang, maka yakinlah pekerjaan kita yang sekarang ini akan menjadi lebih baik. Tetapi jika terbebani pekerjaan masa silam, maka pekerjaan kita sekarang ini menjadi setengah-setengah, takut gagal seperti yang sudah-sudah. Sebaliknya, kalau kita terlalu berobsesi untuk masa depan, biasanya pekerjaannya yang sekarang menjadi tidak lagi sempurna, karena terobsesi akan sesuatu yang jangka panjang. Terlalu tinggi cita-citanya, sampai ia melupakan masa sekarangnya.
Kinilah saatnya
Hidup pada momen ini lebih menyenangkan daripada hidup di masa depan yang dibayangkan. Lebih nikmat dan lebih indah jika kita melakukan pekerjaan sekarang ini dibandingkan bermimpi akan masa depan dengan sesuatu yang lebih baik.
Ketika suara kecil itu mencoba untuk mengalihkan perhatian kita, maka bantahlah. Ketika kita sedang bekerja keras, lalu tiba-tiba muncul suara di dalam batin kita yang menyuruh kita meninggalkan pekerjaan tersebut, maka bantahlah pada saat itu. Kita harus sukses pada saat itu juga, tidak usah pindah ke tempat yang lain, tidak usah melakukan sesuatu yang baru, kita harus yang terbaik pada saat itu.
Dalam hal ini, bukan berarti kita tidak boleh memikirkan masa depan, tetapi porsinya itu harus kita atur. Masa depan itu jadikan sebagai suatu tantangan. Yakinlah, jika kita bekerja yang terbaik pada saat itu dan di tempat itu, maka berkah akan mengintip kita dari luar.
Orang besar bukan karena banyak pembicaraannya, tetapi banyaknya perbuatan yang ia lakukan. Tidak ada orang yang besar karena cita-citanya besar. Orang hanya bisa menjadi besar karena perbuatannya besar. Bukan cita-cita besar yang membesarkan seseorang, melainkan perbuatan besar yang membuat orang itu menjadi besar. Janganlah kita asyik terlalu banyak membuat cita-cita tetapi tidak pernah berbuat, yang hal tersebut nantinya akan menjadikan kita kerdil, bahkan frustrasi.
Bingkai kembali, buat kembali, rumuskan kembali
Ubahlah tugas-tugas membosankan ke dalam momen-momen inspirasi dengan fokus pada gambar-gambar besarnya. Menurut Stephen Covey, bekerjalah dengan tujuan akhir. Maksudnya, kita bekerja dengan satu paket, yaitu mulai dari start hingga berakhir nantinya. Dalam hal ini, ada roadmap (peta perjalanan)nya, yang jika kita membelok, berarti kita mengingkari roadmap kita sendiri.
Fokus pada saat sekarang, dan kita akan menangkap kesempatan untuk belajar mencintai, berhubungan, dan berubah. Fokuskanlah apa yang ada sekarang, daripada memfokuskan pada masa depan yang belum tentu kejelasannya. Lebih baik kita fokus menuntaskan seluruh pekerjaan kita pada saat sekarang ini.
Ketika kecemasan kita begitu kuat, sehingga kita tidak bisa lagi fokus pada masa sekarang, maka hentikanlah apa yang kita lakukan. Semua pekerjaan yang dilakukan tidak dengan fokus, maka itu nantinya akan menyedot energi dan hasilnya pun tidak maksimum. Analisis pilihan-pilihan kita sendiri, jangan-jangan pilihan kita itu keliru. Jangan-jangan apa yang kita pilih itu lebih banyak dipengaruhi oleh orang lain dibandingkan hati nurani dan kemampuan kita sendiri. Kadang-kadang kita seperti ini, yaitu terjebak oleh tawaran dan bujukan orang lain. Karena itu, janganlah bekerja dibayang-bayangi oleh orang lain, namun bekerjalah menurut kemampuan dan karakter kita sendiri, terimalah diri kita sendiri, lalu kembalikan pada saat sekarang ini.
Bulatkanlah tekad kita. Mencoba saja tidak akan berhasil, tetapi kita harus melakukannya dengan penuh konsistensi. Jadi, jangan hanya sekedar mau mencoba-coba.
Jika kita tidak bertekad (tidak ada keinginan yang sangat kuat di dalam batin), maka kita tidak akan membuka celah untuk keraguan kita. Maksudnya, jika kita tidak ada tekad, maka keraguan akan muncul. Sebaliknya, jika ada tekad, maka di situ tidak ada keraguan. Di mana ada keraguan, maka di situ tidak ada tekad. Keraguan membocorkan energi. Energi kita takkan berhasil efisien dan efektif di sini. Karena itulah, keraguan di dalam bahasa agama dinamakan musyrik.
Ketika kita ragu, maka hal itu akan menyedot energi. Terjadi kebocoran energi di sini. Energi yang bocor akan mengurangi kesempatan untuk quantum sukses. Untuk memperoleh percepatan kesuksesan itu, maka takkan bisa kalau ada kebocoran-kebocoran energi. Salah satu kebocoran energi di dalam diri kita adalah tidak percaya diri.
Kebocoran energi ini harus ditutup dengan berbagai cara. Bagi umat Islam, maka cara yang dilakukan antara lai: pertama, salat istikharah. Kita meminta kepada Tuhan akan pilihan-pilihan tersebut, manakah yang lebih tepat untuk kita pilih dan kita lalukan. Setelah mendapatkan kepastian pilihan itu, maka selanjutnya adalah melakukan salat tahajjud untuk memohon kepada Allah agar pilihan kita tersebut dimudahkan. Pada saat siang hari, lakukanlah salat hajad untuk memohon agar pilihan kita tersebut mudah untuk diwujudkan. Selanjutnya, pasrahkanlah diri ini kepada Allah.
Jika hal ini dilakukan, insya Allah akan menutupi kebocoran energi yang ada pada diri kita. Dengan demikian, ada kekuatan luar biasa yang muncul kalau energi tersebut tidak disedot oleh kebocoran-kebocoran. Lihatlah orang-orang yang cepat sekali suksesnya, mereka sangat percaya diri, tidak ada kebocoran-kebocoran energi pada diri mereka.
Tanpa komitmen, kita tetap fokus pada apa yang mungkin bisa, bukan pada apa yang pasti bisa. Bagi orang yang berjiwa besar, sepertinya tak ada yang mustahil bagi mereka. Tetapi bagi orang yang berjiwa kecil, yang pasti pun menjadi ragu. Orang yang ragu, maka sulit diharapkan untuk menjadi pemimpin. Orang yang berjiwa besar tidak gampang tersinggung. Sebaliknya, orang yang berjiwa pesimistis sangat mudah tersinggung.
Iman adalah percaya, kokoh, tegar. Komitmen adalah hasrat untuk melakukan apapun dalam mewujudkan visi kita. Komitmen inilah yang mampu melestarikan kehidupan seseorang. Orang yang tanpa komitmen bagaikan mayat yang berjalan. Dia tidak hanya mengecewakan orang lain, tetapi juga mengecewakan dirinya sendiri.
Komitmen membuat kita mampu untuk bertahan ketika semua upaya kita gagal. Orang yang berhasil tanpa mempunyai komitmen, maka dia tidak puas dan merasa dirinya gagal. Orang yang sudah gagal tetapi mempunyai komitmen, maka semangat hidupnya tetap ada. Komitmen mendatangkan bantuan dari sumber-sumber yang tak terduga.
Orang yang percaya diri akan mampu menyedot energi dari alam, dari langit, dan dari orang lain. Kalau orang sudah mempunyai kekuatan, komitmen, maka insya Allah dia akan mampu mempengaruhi orang lain. Komitmen seseorang sangatlah mahal, karena bisa mengubah dunia. Orang yang mempunyai komitmen takkan pernah merasa sebagai minoritas, tak pernah merasa kesepian, tak pernah merasa terpojok. Selain komitmen, seseorang juga harus memiliki karakter. Jika komitmen dan karakter bersatu, maka orang tersebut nantinya akan bisa memindahkan gunung. Orang yang mempunyai komitmen, maka ia akan istiqamah, menghargai waktu, dan melakukan apapun ketika itu juga.
Menjadi lelaki adalah menjadi bertanggung jawab. Kita merasa malu jika kita tidak membantu penderitaan orang lain. Kita merasa bangga atas kemenangan saudara kita. Kita merasa ketika sudah berupaya bahwa kita berperan dalam membangun dunia.
Maksudnya, menjadi seseorang yang mempunyai kekuatan berarti menjadi seseorang yang bertanggungjawab. Bukanlah seorang yang mempunyai kekuatan jika dia tidak bertanggungjawab. Kalau kita tidak mempunyai kemampuan untuk membantu orang lain, maka kita harus merasa malu. Kita tidak cemburu atas keberhasilan saudara kita. Kalau kita sudah berusaha, sekalipun gagal, maka perasaan yang muncul adalah bahwa kita sudah berperan dalam rangka membangun dunia yang nyata. Inilah simpul-simpul manusia yang optimistis.
Mengambil kepemilikan adalah inti akuntabilitas. Mengambil kepemilikan atas apa yang kita lakukan dan pikirkan, termasuk juga kesalahan, pembenaran kegagalan kita untuk berbuat dan tindakan yang tidak kita banggakan.
Maksudnya, kita merasa mempunyai tanggungjawab. Seorang pemimpin harus merasa memiliki tanggung jawab, walaupun terhadap kesalahan yang dilakukan oleh bawahannya. Salah satu ketakutan adalah untuk mengakui kesalahan dan meminta maaf. Jangan mentang-mentang sebagai pemimpin lalu tidak mau meminta maaf dan tidak mau mengakui kesalahannya. Orang besar adalah orang yang berani mengakui kesalahannya dan mau meminta maaf.
Kalau kita sama-sama mau mengakui kesalahan dan mau meminta maaf, maka takkan ada persoalan dan peperangan di atas dunia ini, tak ada konflik, masyarakat tersebut akan berubah menjadi masyarakat malaikat. Letak persoalan dunia sekarang ini karena tak ada yang mau mengakui kesalahan dan juga tak ada yang mau meminta maaf.
Mengapakah kita harus malu meminta maaf dan malu untuk mengakui kesalahan? Hal ini karena adanya egoisme, yang itu merupakan sifat-sifat setan di dalam diri kita.
Akuntabilitas adalah kemampuan untuk dipercayai. Akuntabilitas adalah kejujuran dan keterbukaan. Kepercayaan adalah modal, walaupun kita tidak mempunyai uang. Akuntabilitas tidak dibangun di atas penampilan fisik, tetapi dibangun di atas karakter dan prinsip yang konsisten. Kita bersedia untuk mengambil tanggung jawab atas pilihan yang kita ambil. Akuntabilitas menempatkan kita pada kendali yang memungkinkan kita untuk mewujudkan semuanya. Ia menjadikan daya yang kuat di dalam hidup ini. Akuntabilitas adalah konsep seluruh hidup.
Kita bisa mengambil kepemilikan atas karir, hubungan, keuangan, pendidikan, dan sebagainya. Dengan adanya kepercayaan diri yang terakumulasi dari adanya karakter, komitmen, dan akuntabilitas, maka kita akan menjadi diri kita yang sesungguhnya, diri kita yang paling sejati. Kalau orang sudah memiliki karakter yang khas, memiliki komitmen, dia terpercaya, maka orang seperti ini akan diperebutkan siapapun. Ke manapun dia pergi, insya Allah orang tersebut takkan pernah jatuh.
Orang yang memiliki karakter, akuntabilitas, komitmen, dan semangat yang tinggi, maka orang seperti ini akan diperebutkan di mana-mana, akan selalu dipercaya untuk memegang suatu tanggung jawab. Sebaliknya, orang yang kehilangan semuanya itu, tidak mempunyai karakter, tak bisa dipercaya, di mana-mana ia menjual kebohongan, maka mungkin hanya sekali saja orang mempercayakannya untuk memegang suatu tanggung jawab. Tak ada orang yang mau dibohongi berkali-kali. [~]

0 komentar:

Post a Comment